Kutai Timur – Ketua Komisi A DPRD Kutai Timur (Kutim), Eddy Markus Palinggi, menyampaikan perlunya upaya serius untuk meningkatkan sektor peternakan dan pertanian lokal. Hingga kini, Kutim masih sangat bergantung pada suplai pangan dari luar daerah, terutama untuk komoditas telur dan sayuran. Eddy mengajak agar potensi daerah ini bisa dimaksimalkan demi memenuhi kebutuhan masyarakat secara mandiri.
Dalam wawancara di gedung DPRD Kutim pada Rabu (30/10/2024), Eddy menjelaskan bahwa sekitar 80 persen kebutuhan telur di Kutim masih didatangkan dari Jawa dan Sulawesi, sementara produksi lokal baru mencakup 20 persen.
Menurutnya, hal ini menjadi kesempatan bagi daerah untuk mendorong peternakan lokal, termasuk produksi padi dan sayur mayur yang bisa dikembangkan di sini agar tak terus-menerus bergantung pada pasokan dari luar daerah.
Eddy melihat potensi besar di bidang peternakan, terutama untuk ternak sapi, ayam, dan babi, jika dikelola dengan pendekatan yang lebih maju. Sistem pendampingan, monitoring, dan evaluasi perlu diterapkan agar program pemberdayaan masyarakat benar-benar efektif dan berkelanjutan.
“Bertahun-tahun ternak sapi belum sukses di sini. Sepertinya ada yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan. Kita tidak bisa hanya memberikan bantuan lalu melepasnya tanpa tahu hasil akhirnya,” ujar Eddy.
Potensi pertanian di Kutim juga dinilai menjanjikan, seperti pada padi dan berbagai jenis sayuran yang selama ini kerap diimpor dari luar daerah. Ia menyebut, beberapa wilayah seperti Kaubun berhasil dalam produksi padi, yang seharusnya menjadi contoh bagi daerah lain di Kutim untuk mengoptimalkan pertanian lokal.
Legislator Partai Nasdem itu mengajak pemerintah daerah untuk mempertimbangkan pendekatan yang lebih modern dalam pengembangan peternakan dan pertanian, agar produksi mampu bersaing dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurutnya, jika tetap menggunakan cara tradisional, sektor ini akan sulit untuk berkembang.
“Sapi, babi, ayam, jika dikelola dengan sistem yang baik, bisa diarahkan ke metode yang lebih modern. Kalau kita masih dengan cara tradisional, kita hanya akan jalan di tempat,” tambahnya.
Selain itu, ia menyoroti pentingnya pengelolaan yang baik pada peternakan babi, mengingat keberagaman masyarakat di Kutim. Dengan tata kelola yang tepat, potensi ini bisa dikembangkan tanpa menimbulkan masalah sosial di masyarakat.
Dengan adanya program yang terstruktur dan dukungan penuh dari pemerintah, Eddy berharap kemandirian pangan di Kutim dapat segera tercapai melalui peningkatan peternakan dan pertanian lokal, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah.

