Jakarta – Media sosial yang seharusnya menjadi ruang interaksi, justru berpotensi memengaruhi pola makan dan kesehatan mental remaja. Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan bahwa remaja dengan banyak akun media sosial serta yang cenderung pasif, sekadar scrolling tanpa interaksi, lebih rentan mengalami gangguan makan, salah satunya binge eating.

Gangguan makan sendiri bukan sekadar soal berat badan. BRIN menjelaskan, anoreksia (makan sangat sedikit karena takut gemuk), bulimia (makan lalu dimuntahkan), hingga binge eating (makan berlebihan tanpa kendali) dapat memengaruhi fisik maupun mental remaja. Pola ini berisiko menyebabkan obesitas hingga penyakit tidak menular.

“Remaja sangat rentan terhadap gangguan makan yang sering tidak terdeteksi, padahal dampaknya serius. Jumlah akun media sosial dan penggunaan pasif merupakan faktor risiko yang signifikan,” ujar Kencana Sari, periset Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN, dalam keterangan resminya.

Menurut Kencana, paparan konten di media sosial membuat remaja sering membandingkan diri secara negatif. Kondisi ini menurunkan rasa percaya diri dan memicu mereka menjadi emotional eater, yaitu makan karena dorongan emosional, bukan kebutuhan tubuh.

Penelitian BRIN juga menyoroti kaitan pola makan dengan perasaan. Konsumsi fast food dan jajanan manis dalam porsi wajar disebut bisa membantu mengurangi gejala depresi. Namun, konsumsi nasi dan lauk tradisional yang terlalu sering justru bisa memicu gejala depresi. Artinya, yang penting bukan hanya apa yang dimakan, melainkan seberapa sering dan bagaimana polanya.

Untuk mencegah masalah ini, BRIN menyarankan beberapa langkah sederhana. Remaja dianjurkan mengurangi durasi scrolling, mengkurasi konten yang ditonton, menjaga pola makan seimbang, serta mencari bantuan bila merasa tidak baik-baik saja.

Gangguan makan di kalangan remaja masih kerap luput dari perhatian, padahal berimplikasi jangka panjang. Kesadaran bijak menggunakan media sosial dan menjaga pola makan sehat diharapkan bisa menjadi upaya pencegahan sejak dini.

Silakan Bekomentar
Share.
Exit mobile version