Banyuwangi – Gempa berkekuatan magnitudo 5,7 pada Kamis (25/9/2025) pukul 16.04 WIB mengguncang wilayah Banyuwangi dan sekitarnya. Beruntung, gelombang pascagempa yang ditakuti warga pesisir tak terjadi kali ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat episenter gempa berada sekitar 46 kilometer timur laut Banyuwangi, Jawa Timur. Getaran dirasakan kuat di Banyuwangi serta Penebel, Tabanan Bali pada skala IV MMI, yang berarti guncangan terasa oleh banyak orang di dalam bangunan dan sebagian di luar ruang.

Di sejumlah daerah lain seperti Lumajang, Kuta, Denpasar, Buleleng, Jember, dan Bondowoso, intensitas tercatat III MMI, setara sensasi “ada truk besar lewat” terutama di lantai atas. Sementara itu, Surabaya, Kuta Selatan, Pamekasan, Mataram, dan Lombok Barat merasakan skala II MMI, yakni guncangan ringan yang membuat benda-benda menggantung bergoyang.

“Tidak berpotensi tsunami,” tulis BMKG melalui situs resminya, Kamis (25/9/2025).

Pernyataan tersebut meredakan kecemasan warga pesisir Selat Bali yang sempat waspada begitu notifikasi gempa menyebar di ponsel. Meski tak memicu tsunami, BMKG tetap mengimbau masyarakat agar memeriksa kondisi bangunan dan menjauh dari struktur yang retak, serta menghindari informasi tidak resmi yang beredar di media sosial.

Sejumlah warga melaporkan guncangan terasa singkat namun jelas. Di kawasan perkotaan Banyuwangi, aktivitas sempat terhenti sejenak ketika pegawai perkantoran menundukkan badan mencari perlindungan di bawah meja.

Di Denpasar, beberapa orang di gedung bertingkat memilih turun ke area terbuka setelah merasakan getaran. Hingga laporan ini diturunkan, belum ada informasi kerusakan serius maupun korban jiwa dari instansi terkait. Pemerintah daerah di wilayah terdampak disebut siaga untuk pemantauan lanjutan apabila terjadi gempa susulan, situasi yang lazim mengikuti kejadian utama.

Secara geologis, zona pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia di selatan Jawa–Bali kerap menghasilkan gempa tektonik dengan variasi kedalaman. Episenter di timur laut Banyuwangi menunjukkan aktivitas seismik yang dapat dirasakan di dua pulau karena karakter batuan dan kondisi tanah setempat yang memperkuat gelombang.

Pada skala IV MMI, barang pecah belah bisa bergetar dan beberapa plester dinding bisa rontok, namun umumnya tidak menyebabkan kerusakan struktural besar. Walau demikian, para ahli selalu menekankan pentingnya pemeriksaan dini bangunan, terutama untuk konstruksi lama atau tanpa pengikat gempa memadai.

“Warga diimbau tetap tenang, pastikan jalur evakuasi jelas, dan siapkan tas siaga berisi obat, lampu senter, dan dokumen penting,” demikian imbauan umum mitigasi yang kerap disampaikan lembaga kebencanaan pada setiap kejadian serupa di Indonesia, negeri yang berada di sabuk cincin api Pasifik.

Pelajaran penting dari guncangan sore ini kembali mengingatkan urgensi budaya aman bencana: memastikan perabot berat terikat ke dinding, mengetahui titik kumpul, dan mengikuti informasi dari kanal resmi BMKG maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Dengan respons cepat dan informasi akurat, kepanikan dapat ditekan, sementara kewaspadaan tetap terjaga.

Pada akhirnya, gempa M5,7 di Banyuwangi menjadi pengingat halus bahwa hidup di negeri rawan gempa menuntut disiplin mitigasi. Tanpa ancaman tsunami dan tanpa laporan kerusakan berarti sejauh ini, warga di Jawa Timur dan Bali diharapkan kembali beraktivitas dengan tetap waspada, menanti pembaruan resmi bila ada perkembangan susulan.

Silakan Bekomentar
Share.
Exit mobile version