Jakarta – Negara Brasil telah mencapai kesuksesan dalam pengembangan bioetanol sebagai bahan bakar substitusi Bahan Bakar Minyak (BBM), terutama dari tebu dan jagung.
Flavio Castellari, Executive Director Brazillian Ethanol Cluster (APLA) menyatakan Brasil memproduksi sekitar 80% bioetanol dari tebu dan 20% dari jagung.
“Kami memutuskan untuk menggunakan etanol dari tebu sebagai bahan baku utama karena efisiensi produksi tebu dan etanol,” ujar Castellari dalam program Energy Corner, Rabu (24/1/2024).
Namun, untuk mengatasi musiman tanaman tebu, kami memanfaatkan jagung yang berlimpah sebagai bahan tambahan,” tambahnya.
Menurut Castellari setiap negara dapat memanfaatkan berbagai jenis tanaman yang mengandung gula untuk menghasilkan bioetanol. Selain tebu dan jagung, singkong juga bisa menjadi bioetanol.
Di Indonesia, upaya untuk memanfaatkan Bahan Bakar Nabati (BBN) semakin nyata dengan transformasi tebu menjadi bahan bakar, khususnya bensin.
Produk Pertamax Green 95 merupakan campuran bioetanol berbasis molase tebu, telah berproduksi dan terjual oleh PT Pertamina (Persero).
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan menjelaskan kerja sama dengan PT Energi Agro Utama (Enero) telah memungkinkan produksi bioetanol mencapai 30.000 kilo liter per tahun.
Sebagian dari bioetanol bercampur dengan bensin Pertamax (RON 92), menghasilkan Pertamax Green 95 dengan pencampuran bioetanol sebanyak 5% (E5).
Riva menegaskan bahwa produksi bioetanol dari molase tebu tidak bersaing dengan produksi gula untuk keperluan pangan.
Proses ini sama dengan upaya pemerintah Indonesia untuk mencapai swasembada gula, sebagaimana dalam Peraturan Presiden No. 40 tahun 2023.
“Pemerintah mendukung memperluas penggunaan bioetanol sebagai bahan baku dari bahan bakar nabati,” kata Riva.
Pertamina terus melakukan riset untuk memanfaatkan tanaman lain, selain tebu, sebagai sumber bioetanol. Tanaman seperti jagung, sorgum, dan tandan sawit menjadi fokus riset untuk mencari solusi yang memberikan nilai ekonomi terbaik.
“Dengan riset ini, kita akan dapat mengeksplorasi potensi-potensi baru dalam produksi bioetanol sebagai bahan campuran BBM,” pungkasnya.


