Kutai Timur – Kualitas udara di Sangatta, Kutai Timur, terancam oleh dampak aktivitas pertambangan di sekitarnya, terutama debu dari batu bara. Anggota DPRD Kutai Timur, dr. Novel Tyty Paembonan, mengungkapkan kekhawatirannya mengenai kualitas udara di kawasan tersebut dan menekankan perlunya langkah-langkah mitigasi untuk melindungi kesehatan masyarakat.
“Lingkungan masyarakat Kutim, khususnya di Sangatta, sangat dekat dengan area penambangan. Akibatnya, dampak debu batu bara dari aktivitas pertambangan menjadi masalah serius,” ujar Novel saat di gedung DPRD Kutim, Senin (5/8/2024).
Menurut Novel, salah satu langkah mitigasi yang penting adalah penyiraman jalan-jalan yang terkena dampak debu secara rutin.
“Kami selalu mengingatkan pihak KPC (Kaltim Prima Coal) untuk melakukan penyiraman jalan pada saat panas terik. Ini penting untuk mengurangi debu yang berterbangan di udara,” jelasnya.
Lebih lanjut, Novel juga menekankan pentingnya langkah pencegahan bagi masyarakat, terutama saat musim panas dan kondisi udara berdebu.
“Kami menyarankan agar masyarakat menggunakan masker pada saat udara berdebu dan menghindari jalan saat kualitas udara sangat buruk. Ini adalah langkah sederhana namun efektif untuk melindungi kesehatan mereka,” tambahnya.
Selain itu, Novel menyoroti perlunya konsistensi dalam tindakan pembersihan jalan.
“Jalan-jalan tidak boleh hanya dibersihkan menjelang akhir tahun. Harus ada konsistensi dalam menjaga kebersihan, seperti menyapu jalan secara teratur untuk mengurangi debu yang berterbangan,” tegasnya.
Harapannya pemerintah daerah dan pihak terkait dapat bekerja sama untuk mengatasi masalah ini secara efektif.
“Kami berharap ada perhatian serius terhadap kualitas udara dan kesehatan masyarakat. Semua langkah mitigasi harus diterapkan secara konsisten untuk memastikan udara yang lebih bersih dan sehat bagi masyarakat Sangatta,” pungkas Novel.

