Menjelang Pilkada Kota Tasikmalaya 2024, peta persaingan antar kandidat semakin menarik untuk disimak. Lima pasangan calon bersaing untuk mendapatkan mandat rakyat, masing-masing membawa visi-misi yang menjanjikan.
Namun, hasil survei dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa tidak semua pasangan memiliki peluang yang sama untuk memenangi hati masyarakat.
Berdasarkan survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada September 2024, pasangan Viman Alfarizi Ramadhan dan Dicky Candra memimpin dengan elektabilitas sebesar 38,2%. Pasangan ini didukung Partai Gerindra dan berhasil menarik perhatian pemilih melalui pendekatan budaya lokal.
Daya Tarik Dicky Candra
Nama Dicky Candra, sebagai figur publik yang populer, menjadi daya tarik utama pasangan ini. Sementara itu, pasangan Ivan Dicksan Hasanudin dan Dede Muharam berada di posisi kedua dengan 26,8%.
Meski terpaut cukup jauh, pasangan ini menunjukkan tren positif dalam merebut simpati publik melalui program-program yang berorientasi pada ekonomi lokal dan reformasi birokrasi.
Memasuki Oktober 2024, hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam elektabilitas pasangan calon. Elektabilitas Viman-Dicky meningkat menjadi 44,3%, memperkuat posisi mereka sebagai kandidat teratas.
Kampanye intensif melalui blusukan ke masyarakat dan promosi program ekonomi kreatif tampaknya menjadi kunci keberhasilan pasangan ini. Namun, Ivan-Dede tidak tinggal diam. Elektabilitas mereka naik menjadi 32,1% pada periode yang sama, didorong oleh strategi kampanye digital yang efektif dan dukungan tokoh masyarakat setempat.
Kandidat di Bawah 15%
Pasangan lainnya, seperti Nurhayati Effendi dan Muslim, Muhammad Yusuf dan Hendro Nugraha, serta Yanto Aprianto dan KH. Aminudin Bustomi, berada di bawah 15%. Dukungan yang minim ini menunjukkan bahwa mereka perlu bekerja lebih keras untuk bersaing dengan dua pasangan teratas. Strategi kampanye mereka yang cenderung konvensional tampaknya belum mampu menarik perhatian mayoritas pemilih.
Pada awal November 2024, survei terbaru dari Indikator Politik Indonesia mencatat perubahan kecil dalam dinamika elektabilitas. Viman-Dicky tetap berada di posisi teratas dengan 42,7%, meski sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini diduga akibat serangan isu yang menyasar personal branding mereka.
Di sisi lain, Ivan-Dede terus menunjukkan peningkatan signifikan, dengan elektabilitas mencapai 35,6%. Program pemberdayaan ekonomi perempuan yang mereka usung mendapat respons positif, terutama dari kelompok pemilih perempuan dan kelas menengah.
Pasangan Nurhayati-Muslim dan Yanto-Aminudin mengalami sedikit kenaikan elektabilitas, masing-masing mencapai angka 10% dan 8%. Meski demikian, angka ini masih jauh dari cukup untuk mengancam dominasi dua pasangan utama.
Sementara itu, pasangan Muhammad Yusuf dan Hendro Nugraha cenderung stagnan di angka 13%, meski mereka mencoba menawarkan pengalaman mereka di bidang pemerintahan sebagai keunggulan
Faktor yang Memengaruhi Elektabilitas Paslon
Berdasarkan tren dari waktu ke waktu, beberapa faktor utama memengaruhi elektabilitas masing-masing pasangan. Faktor pertama adalah popularitas dan personal branding. Pasangan Viman-Dicky mendapat keuntungan besar dari popularitas Dicky Candra, yang dikenal luas di kalangan masyarakat Tasikmalaya dan sekitarnya.
Namun, popularitas itu juga membawa risiko, karena pasangan ini menjadi target utama serangan politik dari lawan-lawannya.
Faktor berikutnya adalah program kampanye. Pasangan Ivan-Dede berhasil menarik perhatian pemilih melalui program konkret yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, seperti penguatan usaha mikro dan reformasi birokrasi. Hal ini membuat mereka semakin diminati oleh pemilih muda dan kelas menengah.
Pendekatan kampanye juga menjadi faktor penentu. Sementara Viman-Dicky mengandalkan strategi blusukan dan pendekatan tradisional, Ivan-Dede memanfaatkan platform digital untuk menjangkau generasi muda. Keduanya memiliki keunggulan masing-masing, namun efektivitasnya bergantung pada segmen pemilih yang mereka sasar.
Faktor terakhir adalah dukungan partai politik. Dukungan Partai Gerindra memberikan keuntungan besar bagi Viman-Dicky, sementara Ivan-Dede memanfaatkan jaringan akar rumput dari koalisi Partai Demokrat dan PAN.
Meski pasangan Viman-Dicky masih menjadi unggulan, lonjakan elektabilitas Ivan-Dede menunjukkan bahwa persaingan belum selesai. Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin keduanya akan bersaing ketat hingga hari pencoblosan.
Tantangan Masa Tenang Pilkada
Tantangan terbesar bagi semua pasangan calon adalah menjaga konsistensi kampanye dan merespons isu-isu lokal yang menjadi perhatian pemilih. Isu seperti pengelolaan anggaran, pengangguran, dan kualitas pelayanan publik akan menjadi fokus utama masyarakat dalam menentukan pilihan.
Kini sudah masuk masa tenang, mari kita pantau juga, serangan ‘money politics’ mereka. Itu masih menjadi isu utama, tak jauh dari fenomena pemilu 14 Februari 2014 lalu.
Harusnya, yang paling penting adalah menjaga integritas proses pemilihan. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Tasikmalaya telah meningkatkan pengawasan untuk mencegah politik uang dan kampanye hitam. Partisipasi aktif masyarakat juga diharapkan dapat memastikan pemilu berjalan bersih dan menghasilkan pemimpin yang benar-benar mewakili aspirasi rakyat.
Pilkada Kota Tasikmalaya 2024 bukan sekadar ajang pemilihan kepala daerah, tetapi juga momen untuk menentukan arah pembangunan kota ini di masa depan. Masyarakat diharapkan memilih dengan bijak, berdasarkan penilaian yang matang terhadap program dan rekam jejak masing-masing kandidat. Kita berharap pesta demokrasi ini berjalan lancar, damai, dan memberikan hasil terbaik bagi semua pihak.

 
		
 
									 
					
