Kutim – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutai Timur (Kutim), Faizal Rachman mengungkapkan bahwa nilai historis menjadi hambatan Proyek Pasar Modern di eks Lapangan Garuda Sangatta Selatan dan pembangunan Masjid At-Taubah, ia ungkapkan saat ditemui di gedung DPRD Kutim, Rabu (3/7/2024).
“Masyarakat ingin pasar tetap di tempat yang sama karena ada nilai historis yang melekat,” ujar Faizal.
Rencana awalnya, pasar tersebut akan dipindahkan ke eks Lapangan Garuda dan masjid akan dibangun di lokasi yang sama. Namun, hal ini bertentangan dengan keinginan warga sekitar.
“Rencananya, masjid akan dipindahkan ke Lapangan Garuda,” tambah Faizal.
Proyek ini semula menjadi prioritas pada awal tahun 2023. Namun, belum ada kemajuan selama setahun terakhir.
“Akhirnya tidak jadi. Karena dua bangunan ini berkaitan, maka tidak jadi dua-duanya,” jelasnya.
Keadaan ini berdampak pada terjadinya pembengkakan nilai Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa) tahun 2023 di Kutim yang mencapai Rp 1,6 triliun.
“Awalnya, anggaran masjid itu hanya untuk merehabilitasi, sementara berita acaranya ingin dipindah supaya pasar bisa dibangun di situ. Karena tidak jadi, akhirnya terjadi pembengkakan Silpa,” papar Faizal.
Selain itu, Legislator Partai PDIP itu juga menyoroti masalah drainase dan penanganan banjir di Kutai Timur. Menurutnya, penyerapan anggaran untuk proyek ini masih kecil.
“Anggaran tahun 2023 sudah habis. Untuk tahun 2024, anggaran sudah disiapkan dan pekerjaannya sudah 99%. Tolong semuanya ditekankan harus sesuai dengan jadwal,,” jelas Faizal.
Ia juga menambahkan mengenai progres pembangunan jembatan di Spaso.
“Jembatan yang di Spaso, itu ada kontraktornya dan progresnya sedikit. Kemarin pun kita tinjau ke sana. PU-nya optimis dengan realistis,” tutup Faizal.

