Sangatta – Ketua Komisi D DPRD Kutai Timur (Kutim) Yan, mengungkapkan tantangan besar yang dihadapi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutim dalam mengelola anggaran 20% yang dialokasikan untuk sektor pendidikan.
Menurut Yan, meski anggaran telah disiapkan, masih banyak hutang dan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, terutama terkait infrastruktur pendidikan.
“Saya melihat hutang Disdikbud Kutim bervariasi saja, tidak hanya di konstruksi,” ujar Yan dalam wawancara, Rabu (29/5/2024) malam.
Yan menyoroti banyaknya bangunan sekolah yang masih dalam kondisi memprihatinkan dan membutuhkan perbaikan segera. Bangunan sekolah yang berdiri sejak era Kutai dahulu kini menjadi prioritas utama untuk diperbaiki.
“Banyak daerah-daerah bangunan sekolahnya itu dari era Kutai dahulu. Sehingga menjadi PR besar bagi Dinas Pendidikan kita untuk berbenah memperbaiki infrastruktur kita,” jelasnya.
Lebih lanjut, Yan juga menyinggung momen pergantian presiden dan menteri yang sering kali membawa perubahan kebijakan, termasuk dalam dunia pendidikan. Kutai Timur sedang menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, terutama dalam menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar.
“Apalagi momen pergantian presiden, pergantian menteri selalu ada perubahan, sehingga itu juga Kutai Timur sedang berbenah menanggapi terkait Kurikulum Merdeka Belajar,” ungkapnya.
Selain perbaikan infrastruktur, Yan juga menyoroti upaya Disdikbud Kutim dalam mengembangkan kompetensi guru-guru lokal agar siap mengimplementasikan kurikulum baru tersebut.
“Saat ini mereka giat mengorbitkan guru-guru mereka sehingga diharapkan ini mendongkrak guru-guru di daerah sehingga mereka memahami tentang kurikulum mereka sehingga siap melatih,” tambah Yan.
Yan mengakui bahwa infrastruktur pendidikan di Kutim masih banyak yang belum selesai dan membutuhkan perhatian lebih. Pertumbuhan penduduk yang pesat, terutama di daerah perkotaan, menambah tekanan pada kapasitas sekolah yang ada.
“Infrastruktur memang kita masih banyak bangunan yang belum selesai dan terus dilanjutkan sampai dengan tuntas. Terutama daerah perkotaan tidak mampu daya tampung sekolahnya, sehingga harus dibuat bangunan-bangunan sekolah,” tegasnya.
Terakhir, Yan berharap dengan alokasi anggaran yang memadai dan upaya berkelanjutan dari Disdikbud Kutim, masalah-masalah infrastruktur dan kualitas pendidikan di Kutim dapat segera teratasi.

