Samarinda – Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Ananda Emira Moeis, menanggapi kasus bullying yang melibatkan sembilan pelajar SMP terhadap seorang siswi SD di Samarinda. Peristiwa yang terjadi Jumat 2 Mei 2025 itu memantik kecaman luas setelah video berdurasi 40 detik tersebar di media sosial.
Korban, siswi kelas 6 SD, menderita luka di kepala, perut, dan leher, serta mengalami trauma berat. Insiden terjadi di kawasan Folder Haji Saleh, Kecamatan Loa Janan Ilir. Saat ini, tiga pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian, sementara proses hukum masih berlangsung.
Ananda mengaku prihatin dan menekankan bahwa insiden semacam ini tidak boleh dianggap biasa. Menurutnya, perundungan merupakan gejala dari masalah sosial yang lebih dalam, yang membutuhkan penanganan dari berbagai sektor, mulai dari keluarga, sekolah, hingga pemerintah.
“Saya merasa sedih mendengar maraknya kasus bullying di antara anak sekolah. Ini harus menjadi perhatian serius karena menyangkut mental dan psikis generasi yang akan datang,” ujar Ananda dalam pernyataannya baru-baru ini.
Ia menyebut kurangnya empati dan pengaruh lingkungan sosial sebagai pemicu utama. Dalam pandangannya, edukasi kepada pelaku juga penting agar mereka memahami dampak jangka panjang yang mereka timbulkan pada korban.
“Pembully perlu diberikan pemahaman mengenai dampak psikologis yang mereka timbulkan pada korban,” tegasnya.
Menurutnya, pencegahan harus dimulai dari rumah. Ia menyebut keluarga sebagai fondasi utama pembentukan karakter dan nilai-nilai positif sejak dini. Komunikasi terbuka dan pembinaan emosional menjadi kunci penting dalam menangkal perilaku menyimpang anak.
“Ini kembali lagi kepada keluarga. Mereka adalah benteng pertama dalam membentuk karakter dan nilai-nilai positif pada anak,” tambah Ananda.
Di samping itu, ia mengimbau agar sekolah memperkuat peran konselor dan program pendidikan karakter. Lingkungan belajar yang aman dan mendukung dinilai sangat penting bagi tumbuh kembang anak secara utuh.
Ananda juga mendorong kolaborasi lintas sektor dalam melakukan sosialisasi dan kampanye anti-bullying secara rutin. Ia menilai partisipasi aktif dari siswa, guru, orang tua, serta komunitas pendidikan dapat menjadi fondasi pencegahan yang kuat.
“Anak-anak kita harus merasa aman dan didukung, baik di rumah maupun di sekolah. Itu pondasi penting untuk menciptakan masa depan yang lebih baik,” tutupnya.

 
		
 
									 
					
