Jakarta – Pemilihan presiden (pilpres) RI menjadi sorotan media asing South China Morning Post (SCMP) dari Hong Kong.
Dalam artikelnya pekan lalu, SCMP membahas kemungkinan koalisi antara calon presiden Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo untuk menghadapi Prabowo Subianto.
Dalam tulisannya, SCMP mencatat bahwa Prabowo Subianto, yang mendeklarasikan putra sulung Presiden Joko Widodo sebagai pasangannya, memimpin dalam survei opini.
Meski demikian, Anies dan Ganjar tidak tinggal diam, melancarkan serangan terhadap Prabowo dalam debat televisi.
Media tersebut mencatat bagaimana Anies menyerang kekayaan Prabowo, sementara Ganjar mengkritik pengelolaan anggaran pertahanan.
Pengamat Indo-Pacific Research Centre di Universitas Murdoch, Ia Wilson, menyatakan bahwa Anies dan Ganjar terduga “bersekongkol” untuk menghadapi Prabowo.
“Prioritas bagi dua kandidat lainnya adalah menciptakan skenario pemilu putaran kedua,” tulis SCMP, mengutip komentar Wilson.
Dengan Prabowo terlihat sebagai kandidat yang mungkin dikalahkan oleh Anies dan Ganjar, terbukti upaya keduanya untuk menggempur Prabowo.
Pengamat lokal juga memberikan wawasan, menyebut Anies sebagai kandidat yang mendapat manfaat paling besar dari pemilihan.
Strategi Anies menyerang Prabowo terbukti berhasil, dan posisinya telah bersaing ketat dengan Ganjar.
Debat capres tersebut memiliki dampak signifikan terhadap kemampuan seorang kandidat untuk menarik pemilih yang belum menentukan pilihannya.
Posisi swing voter, yang belum memutuskan pilihan, disebut menjadi sasaran persaingan antara Anies dan Ganjar.
“Popularitas, dukungan terhadap Prabowo tampaknya mengalami stagnasi, yang mungkin menimbulkan kekhawatiran bagi kubunya,” tulis SCMP mengutip Yohanes Sulaiman, seorang analis politik dan keamanan.
Artikel SCMP menyimpulkan bahwa politik Indonesia bisa menjadi “teman yang aneh”, merujuk pada situasi di 2019 ketika Presiden Jokowi memilih Prabowo Subianto, saingan terberatnya dalam pemilu, sebagai Menteri Pertahanan.
“Apalagi calon wakil presiden berikutnya adalah putra presiden. Jadi mungkin lebih bijaksana untuk terus mengharapkan hal yang tidak terduga,” muat media itu.

 
		
 
									 
					
