Kutim – Indonesia sebagai salah satu penghasil batubara terbesar di dunia, menghadapi tantangan besar dengan kesepakatan global untuk menghentikan penggunaan batubara secara bertahap hingga tahun 2040, seperti yang diumumkan dalam KTT COP26.
Kabupaten Kutai Timur (Kutim), salah satu sentra produksi batubara di Indonesia. Terutama di daerah Wahau, telah lama menjadi penyokong utama ekonomi lokal dengan kontribusi sebesar 87,70 persen.
Menyikapi perubahan ini, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutim Jimmi, menegaskan bahwa meskipun ada penurunan potensial dalam produksi batubara mentah. Batubara tetap menjadi sumber daya penting yang dapat dimanfaatkan untuk produk turunan seperti kosmetik, metanol, dan amonia.
Peran Penting Infrastruktur dalam Hilirisasi Batubara di Kutim
“Tambang batubara tetap akan beroperasi. Namun fokusnya mungkin akan bergeser menuju pengolahan lebih lanjut untuk menciptakan lapangan kerja baru,” ujarnya belum lama ini.
Jimmi juga menggarisbawahi pentingnya bagi Pemerintah Kabupaten Kutim untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi transisi ini dengan mengembangkan strategi hilirisasi yang memanfaatkan potensi besar batubara di daerah tersebut.
“Kita perlu mempersiapkan infrastruktur, mengembangkan keterampilan tenaga kerja, dan memastikan pemasaran yang efektif untuk produk-produk turunan batubara,” tambahnya.
Anggota Komisi D itu juga menjelaskan, bahwa DPRD Kutim sedang aktif dalam merumuskan langkah-langkah awal untuk menghadapi masa depan pasca-produksi batubara.
Strategi Hilirisasi: Mengubah Batubara Menjadi Produk Bernilai Tinggi
“Kita perlu berfokus pada hilirisasi sumber daya alam. Terutama mineral dan batubara, agar menjadi produk jadi yang memiliki nilai tambah lebih tinggi,” tuturnya.
Jimmi juga menyoroti potensi besar bagi Kutim untuk berkolaborasi dengan investor dalam mengembangkan industri turunan batubara. Seperti produksi gas dan bahan baku untuk industri kimia.
“Kolaborasi dengan investor akan mempercepat pengembangan industri turunan batubara di Kutim, yang pada gilirannya akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan mendukung stabilitas ekonomi daerah,” katanya.
Dengan demikian Kutai Timur, meskipun dihadapkan pada tantangan global terkait penggunaan batubara. Siap untuk menghadapi perubahan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam secara berkelanjutan dan berinovasi dalam mengembangkan industri turunan batubara.
Hal ini tidak hanya untuk menjaga kestabilan ekonomi daerah, tetapi juga untuk mempersiapkan generasi mendatang dengan keterampilan dan peluang yang baru dalam era pasca-batubara.

 
		
 
									 
					

