Samarinda – Di tengah geliat pembangunan berbasis desa, Ketua DPRD Kalimantan Timur Hasanuddin Mas’ud menilai bahwa pengembangan rest area di Desa Prangat Baru merupakan langkah strategis dan patut dijadikan barometer pemberdayaan masyarakat.
Pernyataan itu disampaikan Hasanuddin saat kunjungan kerja mendampingi Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud ke Kecamatan Marangkayu, Kutai Kartanegara, tepatnya di titik Kilometer 59 Prangat Baru, Sabtu 12 Juli 2025.
Dalam agenda tersebut, rombongan meninjau langsung progres pembangunan rest area atau “odah singgah” yang merupakan bagian dari Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) bertajuk Odah Bekenyawa.
“Di sini ada kampung yang memproduksi kopi luwak, dan sudah terkenal luas,” kata Hasanuddim.
Menurutnya, rest area tersebut bukan hanya sekadar fasilitas singgah bagi pelintas jalur Samarinda-Bontang, melainkan pusat ekonomi baru desa. Ia menekankan, dukungan infrastruktur, promosi produk unggulan, serta jejaring UMKM harus berjalan beriringan agar kawasan itu menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi desa.
Lebih lanjut, Hasanuddin menyampaikan harapannya agar rest area Prangat Baru bisa menjadi rujukan pembangunan berbasis potensi lokal di desa-desa lain se-Kalimantan Timur.
“Semoga ke depan, keberhasilan Desa Prangat Baru dalam meningkatkan perekonomian desanya dapat menjadi barometer desa-desa lainnya,” tuturnya.
Rest area Odah Bekenyawa sendiri dibangun secara gotong royong oleh masyarakat setempat, dengan dukungan pihak swasta dalam skema PPM. Kawasan ini dirancang menjadi ruang komersial terpadu yang menjajakan produk-produk desa seperti hasil tani, kerajinan tangan, dan kuliner khas.
Dalam kunjungan itu hadir pula sejumlah tokoh daerah seperti Anggota DPRD Kaltim dari Dapil IV, Syarifatul Sa’diah dan Apansyah, Ketua TP PKK Kaltim Syarifah Suraidah Harum, Sekdaprov Kaltim Sri Wahyuni, serta jajaran pimpinan perangkat daerah.
Dengan pendekatan pembangunan yang melibatkan masyarakat secara langsung, rest area Prangat Baru disebut-sebut bisa menjadi tonggak baru dalam mewujudkan desa mandiri berbasis potensi lokal.

 
		
 
									 
					
